the luckless club

enter?

This website is made for roleplaying purpose, affiliated with @gangnamcityAU. Plagiarizing, godmodding, meta-gaming are prohibited. For further discussion, you may contact @gna_yeri

profile

namechoi woonhee
hangul최운희
pobseoul, south korea
dobseptember 27, 1997
genderfemale
sexualityheterocurious
nationalitykorean
residency청담동 1-001
⠀⠀gangnam city
jobinformant
affiliationthe scarlet crows
⠀⠀black shadow

appearance

height158cm
weight-
hair colorconstantly changing
eye colordark brown
skin colorfair

personality

Setelah menyadari ketidakmujurannya, Woonhee tumbuh menjadi anak yang sangat teliti, berhati-hati. Sejatinya, merupakan pemerhati ulung.

Punya kecenderungan over-thinking

Terkadang memedulikan sesuatu secara berlebihan bila menyangkut orang-orang yang ia sayangi, tetapi bisa sangat cuek ketika berhubungan dengan yang tidak ia sukai.

Mudah bergaul, mudah beradaptasi.

background story

Ibu sering bercerita padaku, betapa beliau mendambakan seorang putri keluar dari rahimnya. Mungkin selaksa malam telah ia habiskan ‘tuk mencoba, tapi tak pernah dikaruniai janin sejak kelahiran kakak. Hingga suatu ketika tubuhnya terasa berubah, dan seiring hari berlalu, semakin buncit pula perutnya.

Ibu berkata padaku, ibu mengucap seribu syukur. Ayah juga pernah berkata padaku, di balik punggung ibu, bahwa ia tidak tahu ibu mengucap syukur pada siapa: kepadanya, kepada-Nya, atau kepada seorang syaman yang mereka datangi beberapa minggu sebelum kehadiranku.

Aku masih tak memahami mengapa ibu begitu bersikukuh memiliki seorang putri. Kata beliau, sebuah keluarga tidak akan paripurna tanpa ada putra dan putri dalam rengkuhnya. Namun, apakah ini yang disebut paripurna, ketika yang tersisa di dunia ini hanya ada aku dan kakak? Ayah dan ibu harus meninggalkan kami dalam sebuah kecelakaan. Aku dan kakak harus dipindahkan ke panti asuhan. Kakak pula yang harus menjadi tulang punggung keluarga. Memaksaku sekolah agar aku bisa menikmati masa-masa muda layaknya gadis seumuranku.

Hingga detik ini, aku masih percaya bahwa insiden kecelakaan merupakan salahku. Sebab ayah juga pernah berkata padaku, di balik punggung ibu, kalau aku lahir bukan tanpa imbalan; Gameunjang-agi (Dewi Takdir dan Keberuntungan) tak akan pernah berpihak padaku. Meskipun ibu dan ayah sudah menamaiku Woonhee, alias gadis yang beruntung. Sepertinya, Sang Dewi tak suka dengan namaku atau persembahan mendiang orang tuaku.

Aku mulai percaya akan kebenaran ucapan ayah. Mengingat bagaimana aku dikeluarkan dari sekolah karena dituduh membuka segel ujian (padahal bukan aku pelakunya), dan ketika aku gagal mengikuti ujian masuk universitas untuk pertama kali karena sekonyong-konyong mimisan di tengah ujian dan mengotori lembar jawaban, dan ketika aku gagal mendapatkan beasiswa kuliah karena telat mengirimkan formulir pendaftaran, yang mulanya disebabkan oleh hilangnya dokumen keluarga secara misterius yang dibutuhkan untuk mendaftar.

Bila kuceritakan seluruh petaka yang pernah kualami, bisa menghabiskan seluruh usiamu, karena aku menghabiskan seluruh usiaku pula bersitegang dengan Sang Dewi Fortuna.

Namun, ada satu cerita yang mungkin menarik untukmu, seperti ketika aku terjebak di dalam organisasi yang menamai dirinya sebagai The Scarlet Crows (TSC), tempat aku dan kakak bekerja sekarang.

Aku direkrut—atau dijebak—saat sedang mencari pekerjaan setelah menyelesaikan studi Pendidikan Bahasa Inggris di universitas. Sebab mengantongi kesialan sepanjang hidup, nyaris tak ada satu pun yang menerima permohonan kerjaku sebagai tutor privat atau guru pada cram school.

Sampai suatu ketika ada satu keluarga yang tertarik menjadikan aku sebagai tutor privat mereka. Senang bukan main ketika mengunjungi rumah mewah yang kukira menjadi tempat ajarku. Nyatanya, di sana tidak ada siapa-siapa selain wanita dengan lipstik luar biasa merah. Ia berkata padaku bahwa kegiatan tutor akan dimulai esok di alamat yang harus aku hafal, karena wanita itu tidak mengizinkanku mencatat. Di rumah itu, selain mengajar, aku juga harus memerhatikan setiap detail rumah, kebiasaan tiap-tiap penghuni, terutama kepala keluarga, dan aktivitas sekuriti di rumah itu. Sekitar tiga minggu sejak aku mengajar di sana, pemilik rumah, orang yang cukup penting di kota, ditemukan tewas tertembak.

Kurang lebih seperti itulah rutinitasku sehari-hari sejak pertemuan dengan wanita berlipstik luar biasa merah itu. Aku kerap bergerak ke sana kemari demi menghimpun informasi untuk TSC. Mereka memintaku melupakan keinginanku menjadi guru atau tutor privat sebab aku harus bisa menjadi apa saja. Tukang masak, tukang cuci, pegawai hotel, pelayan restoran, resepsionis, seolah-olah aku ini agen mata-mata yang tahu bagaimana melakukan itu semua. Duh, padahal aku hanyalah gadis biasa yang kurang beruntung saja.

Hingga akhirnya organisasi itu memerintah aku dan kakak untuk pindah ke daerah Gangnam. Entah untuk apa, aku menurut saja.

relations

will be updated soon

back